Nama Michael Burry kembali mencuat di dunia finansial. Bagi banyak orang, ia dikenal sebagai investor jenius yang menjadi salah satu dari sedikit orang yang melihat tanda-tanda krisis perumahan 2008 jauh sebelum semuanya meledak. Kisahnya bahkan diangkat ke layar lebar melalui film The Big Short, dengan Christian Bale memerankannya.
Kini, lebih dari satu dekade kemudian, Burry kembali membuat langkah besar, dan seperti biasa, ia bergerak berlawanan arah dengan mayoritas pasar. Targetnya kali ini bukan properti atau bank, melainkan sektor yang paling digandrungi dalam beberapa tahun terakhir: kecerdasan buatan (AI).
Taruhan Besar: Short Senilai $1,1 Miliar terhadap Nvidia dan Palantir
Melalui perusahaannya, Scion Asset Management, Burry mengumumkan posisi short senilai $1,1 miliar terhadap dua raksasa yang berdiri di pusat euforia AI:
- Nvidia, pemasok chip AI yang harganya melejit tajam, dan
- Palantir, perusahaan data yang banyak menjual narasi “AI-first” meski implementasinya masih diperdebatkan.
Ia menggunakan put option, instrumen keuangan yang akan menghasilkan keuntungan jika harga dua saham tersebut jatuh. Dengan kata lain, Burry bertaruh bahwa valuasi sektor AI saat ini sudah jauh melampaui kenyataan.
Apa yang Membuat Burry Yakin bahwa AI Sedang Menuju Gelembung?

Dalam setahun terakhir, dunia teknologi dipenuhi euforia AI:
- Perusahaan berlomba-lomba mengintegrasikan AI ke dalam produk mereka.
- Investor mengucurkan dana besar tanpa menunggu bukti profitabilitas nyata.
- Saham perusahaan yang “berbau AI” melonjak bahkan sebelum ada pendapatan yang sepadan.
Model seperti ini bukan hal baru, kita pernah melihatnya di era dot-com. Dan menurut sebagian analis, kenaikan harga yang berlari lebih cepat daripada pendapatan perusahaan adalah tanda klasik bubble.
Bagi Burry, fenomena ini terasa akrab. Ia tampak melihat pola yang sama: harga naik dulu, logika menyusul belakangan.
Pasar Bergetar, Analis Berpecah Pendapat
Begitu kabar short position ini muncul, saham teknologi sempat tergelincir. Reaksi pasar menunjukkan satu hal: suara Burry memang masih membawa bobot besar.
Namun para analis tidak satu suara:
- Kubuh optimis percaya AI berada di fase awal revolusi panjang, dan lonjakan saat ini wajar.
- Kubuh skeptis memperingatkan bahwa perusahaan terlalu cepat belanja, terlalu sedikit untung, dan ekspektasi pasar mulai tak masuk akal.
Dalam kondisi seperti ini, langkah Burry menambah “bensin” ke perdebatan tentang apakah reli AI saat ini adalah inovasi sehat atau gelembung yang menunggu pecah.
Seberapa Akurat Rekam Jejak Burry Setelah 2008?
Meski prediksi krisis 2008 membuatnya melegenda, tidak semua langkah kontrariannya setelah itu sukses besar. Beberapa short-nya terlalu cepat, sebagian lagi tidak berjalan sesuai prediksi.
Karena itu, publik kini bertanya-tanya:
Apakah Burry benar lagi kali ini, atau ini hanya salah satu pertaruhannya yang terlalu dini?
Penutup: AI Berpotensi Besar, tetapi Ekspektasi Bisa Menyesatkan
Terlepas dari benar atau tidaknya prediksi Burry, satu hal penting untuk diingat: hype tidak pernah menjadi dasar yang kokoh untuk valuasi jangka panjang. AI memang menjanjikan masa depan besar, tetapi masa depan itu tetap harus dibuktikan lewat profit nyata, bukan hanya presentasi dan narasi.
Apakah Burry sedang membunyikan alarm yang harus kita dengarkan, atau ini hanya gertakan seorang investor kontrarian yang suka melawan arus?
Untuk saat ini, jawabannya masih menggantung.
Bagaimana menurut Anda? Sektor AI sedang menuju kejayaan, atau justru berada di ambang koreksi besar? (Dadang Irsyam)