Google Earth AI menghadirkan analisis geospasial instan berbasis AI Gemini, memprediksi risiko lingkungan dan memudahkan keputusan global secara real-time.
Google resmi meluncurkan Google Earth AI, platform analisis geospasial generasi terbaru yang menggabungkan kekuatan Earth Engine, analisis waktu nyata, dan kecerdasan buatan Gemini. Teknologi ini menjanjikan kemampuan memahami, memprediksi, dan memberikan wawasan dari data planet hanya dalam hitungan detik, langkah besar dalam upaya memahami bumi secara menyeluruh.
Berbeda dari Google Earth versi sebelumnya yang berfokus pada visualisasi permukaan bumi, Google Earth AI mengubah kumpulan data geospasial menjadi intelijen siap pakai. Platform ini memanfaatkan model geospasial lintas sumber, mulai dari citra satelit, sensor real-time, hingga data partisipatif masyarakat, untuk menghadirkan analisis yang dapat digunakan berbagai sektor, dari pemerintahan hingga korporasi global seperti Airbus dan Deloitte.
Menurut rilis resmi Google, integrasi dengan Gemini reasoning engine memungkinkan pengguna berinteraksi dengan bumi menggunakan bahasa alami. Pengguna kini dapat mengetik pertanyaan seperti, “Mana wilayah paling rentan banjir dalam lima tahun ke depan?” atau “Tunjukkan lokasi pembangkit listrik terdekat dengan rumah sakit di kota padat penduduk.” Sistem akan menjawab dengan data, peta, dan prediksi berbasis AI dalam sekejap.
Analisis dan Prediksi Berbasis Kecerdasan Buatan
Melalui Earth AI, Google memperkenalkan pendekatan baru terhadap analisis planet. Teknologi ini dapat memproses dan menggabungkan beragam lapisan data, mulai dari cuaca, populasi, hingga infrastruktur, untuk mendeteksi pola risiko dan memberikan proyeksi masa depan.
Model prediktifnya sudah digunakan untuk memantau banjir, kebakaran hutan, serta wabah penyakit di berbagai belahan dunia. Di Afrika, misalnya, World Health Organization bekerja sama dengan Google untuk memprediksi persebaran wabah kolera menggunakan data geospasial yang diperkuat AI.
Kolaborasi Industri: Dari Airbus hingga Deloitte
Beberapa mitra besar telah mengadopsi teknologi baru ini. Airbus memanfaatkan Earth AI untuk memantau perubahan vegetasi dan deforestasi demi menjaga infrastruktur dan keamanan lingkungan.
Sementara itu, Deloitte mengintegrasikan Earth AI ke dalam sistem perencanaan skenario, analisis risiko infrastruktur, dan strategi keberlanjutan berbasis data. Platform ini membantu mereka merancang kota tangguh dan sistem mitigasi bencana yang lebih adaptif terhadap perubahan iklim.
Dampak Global dan Arah Masa Depan
Menurut Google, teknologi ini telah menjangkau lebih dari dua miliar penduduk dunia melalui sistem peringatan banjir dan kebakaran yang dihasilkan oleh model prediktifnya. Integrasi dengan Google Cloud dan Maps Platform memungkinkan lembaga publik maupun swasta mengakses analisis geospasial dalam waktu singkat, mempercepat proses pengambilan keputusan dari hitungan hari menjadi menit.
“Dengan Earth AI, kami tidak hanya memetakan dunia, tetapi juga berupaya memahaminya,” tulis Yossi Matias, Vice President Google Research, dalam pernyataan resminya. Ia menambahkan, platform ini dirancang untuk membantu manusia mengambil keputusan yang lebih cerdas dan berkelanjutan dalam menghadapi perubahan global.
Kesimpulan
Peluncuran Google Earth AI menandai transformasi besar dalam dunia analisis geospasial. Dengan menggabungkan kecerdasan multimodal Gemini dan basis data planet terbesar di dunia, Google membawa paradigma baru: dari visualisasi pasif menjadi kecerdasan aktif yang mampu memahami, memprediksi, dan merespons bumi secara real-time.
Dengan langkah ini, Google bukan hanya memperkuat posisinya di ranah teknologi geospasial, tetapi juga menegaskan bahwa kecerdasan buatan kini menjadi inti dari upaya memahami planet tempat manusia berpijak.