Kamu bukan editor? Tak masalah. Sora 2 ubah teks jadi animasi realistis dalam 3 menit. Baca tren dan risikonya di sini.
Di dunia digital yang bergerak cepat dan visual, tren Sora 2 kini mencuri perhatian bukan hanya sebagai alat baru, tetapi sebagai tanda perubahan zaman. Platform video berbasis AI ini tengah viral karena kemampuannya mengubah prompt teks sederhana menjadi video animasi yang realistis, sinematik, dan menghibur, dalam waktu hanya beberapa menit.
Contoh nyatanya? Sebuah prompt seperti “Saitama vs Goku battle in Tokyo” kini bukan lagi impian para fanboy forum anime. Di tangan Sora 2, prompt tersebut diproses dalam waktu sekitar 3–5 menit, dan menghasilkan sebuah video aksi dua karakter legendaris bertarung dengan efek visual hiper-realistis, gerakan fisik akurat, hingga audio lipsync yang nyaris tanpa cela, semua tanpa syuting, langsung.
Bahkan scene impian para wibu itu dibagikan di forum anime/meme dan mendapatkan ribuan kali repost dan remix hanya dalam waktu satu jam. Video ini mencapai 1,2 juta views hanya dalam 24 jam pertama di platform X dan Instagram Reels.
Data Adopsi: Dari Eksperimen ke Ledakan Global
Dalam dua minggu pertama sejak peluncuran beta-nya, Sora 2 menerima lebih dari 1 juta permintaan akses profesional. Dalam waktu 72 jam sejak debut publiknya, lebih dari 10.000 video sample telah dihasilkan, sebagian besar tersebar luas di media sosial, mengumpulkan lebih dari 70 juta tayangan hanya dari video demo resmi yang dibagikan di YouTube dan X (Twitter).
Bahkan, menurut SEO Sandwitch, demografi penggunanya pun beragam:
- 63% adalah kreator konten profesional
- 19% adalah developer atau teknolog
- 18% berasal dari dunia pendidikan
- Hanya 7% merupakan konsumen umum
Ini menunjukkan bahwa adopsi awal didorong bukan hanya oleh publik luas, tetapi oleh pihak-pihak yang melihat potensi Sora 2 untuk mengubah cara kerja mereka.
Yang menarik, 85% video hanya berdurasi di bawah 20 detik, menandakan dominasi gaya konten cepat, ringan, dan siap viral. Hanya 2% video yang berdurasi lebih dari 60 detik, keterbatasan yang mungkin dipengaruhi oleh beban komputasi AI dan desain sistem prompt-to-video itu sendiri.
Momentum Pasar: Gamechanger atau Fad Sementara?
Perusahaan besar juga tak tinggal diam. Menurut SEO Sandwitch, Sebanyak 79% perusahaan media Fortune 500 dilaporkan tengah menguji integrasi Sora 2 dalam lini konten mereka, baik untuk keperluan kampanye, simulasi naratif, maupun eksplorasi hiburan AI-first.
Faktanya, adopsi dan engagement Sora 2 pada kuartal akhir 2025 melampaui Runway Gen-3, dan menjadi AI video dengan laju pertumbuhan tercepat sejauh ini.
Namun di balik euforia ini, ada awan gelap yang mengintai.
Konten yang dibuat oleh Sora 2 menimbulkan pertanyaan serius:
- Siapa pemilik karya AI tersebut?
- Apakah penggunaan karakter populer seperti Goku atau Saitama melanggar hak cipta?
- Seberapa besar potensi deepfake dan penyalahgunaan wajah publik?
Hingga kini, belum ada regulasi internasional yang mampu menjawab dilema kepemilikan konten berbasis prompt AI. Tanpa batas hukum yang jelas, Sora 2 berisiko menjadi ladang konflik antara kreator, pemilik IP, dan platform digital.
Kreator Masa Depan Tak Perlu Kamera
Sora 2 hadir bukan untuk menggantikan manusia kreatif, tetapi memperluas jangkauan mereka. Ia memperkenalkan era baru di mana siapa pun bisa menjadi animator, storyteller, atau meme director hanya dengan teks dan imajinasi.
Namun seperti teknologi revolusioner lain, kehebatan Sora 2 juga dibayangi oleh tantangan struktural: dari legalitas, kontrol kualitas, hingga sustainabilitas platform.
Yang jelas, Sora 2 bukan hanya tools. Ia adalah tanda zaman: bahwa kreativitas kini bukan soal alat yang mahal, tapi akses ke mesin yang tahu cara membayangkan dan menggambarkan dunia hanya dari kalimatmu. (Dadang Irsyam)