• About
  • Privacy Policy
  • Terms of Services
0
0
Artifisial Creative Universe Artifisial Creative Universe Artifisial Creative Universe
  • AI News
    • Apple
    • Anthropic
    • OpenAI
    • Meta
    • Microsoft
    • Amazon
    • Google
    • xAI
  • TOP 100 Tokoh AI
  • Cool AI Tools
  • Grup Komunitas
  • Subscribe
  • Tokoh AI

Yi Zeng: Menyatukan Otak, Etika, dan Kemanusiaan dalam Perkembangan AI

  • N Firmansyah
Total
0
Shares
0
0
0

Ketika dunia semakin terpesona oleh kecerdasan buatan—dari robot yang bisa ngobrol, sampai algoritma yang menyaingi dokter dalam menganalisis penyakit—ada satu nama yang diam-diam bekerja keras di balik layar: Yi Zeng.

Dia bukan sekadar ilmuwan komputer atau ahli AI biasa. Ia adalah sosok yang berusaha menjawab pertanyaan besar: Bagaimana agar AI tetap punya hati?

Dari Film Fiksi ke Dunia Nyata

Kisah Yi Zeng berawal dari sebuah momen sederhana namun bermakna. Saat masih menjadi mahasiswa, ia menonton film A.I. Artificial Intelligence, di mana robot digambarkan bisa mencintai manusia. Film itu begitu membekas di pikirannya, sampai-sampai ia memutuskan: “Aku ingin menciptakan AI yang tidak hanya pintar, tapi juga peduli.”

Sejak saat itu, jalan hidupnya berubah. Ia mulai mengejar impian untuk membangun AI yang tidak hanya meniru otak manusia, tapi juga memahaminya.

AI yang Terinspirasi dari Otak

Saat ini, Yi Zeng adalah Profesor di Chinese Academy of Sciences dan pemimpin Brain-Inspired Cognitive Intelligence Lab. Penelitiannya fokus pada menciptakan AI yang meniru cara kerja otak manusia, menggunakan pendekatan mutakhir bernama spiking neural networks.

Visinya? AI yang bukan cuma cepat menghitung, tapi juga bisa belajar dan berpikir seperti manusia. Ini bukan sekadar science fiction — ini langkah konkret menuju Artificial General Intelligence (AGI) yang bertanggung jawab dan manusiawi.

Etika, Etika, dan Etika

Namun kecerdasan saja tidak cukup. Di tengah gelombang AI yang berkembang pesat, Yi Zeng juga menjadi suara penting dalam dunia etika AI.

Ia memimpin berbagai inisiatif untuk membentuk panduan moral dan hukum bagi perkembangan teknologi, termasuk:

  • Beijing AI Principles (2019)
  • AI for Children (2020)
  • Pedoman etika dari UNESCO, WHO, dan bahkan Dewan Keamanan PBB

Yi Zeng percaya bahwa teknologi secanggih apa pun tidak boleh meninggalkan nilai-nilai kemanusiaan. Dan yang menarik, ia tidak hanya bicara di ruang akademik — ia benar-benar terlibat dalam pembuatan kebijakan internasional.

Mewakili China dalam Diplomasi AI Global

Di tengah banyaknya perdebatan soal AI antara negara-negara besar, Yi Zeng tampil sebagai jembatan antara sains, kebijakan, dan diplomasi.

Ia menjabat sebagai anggota:

  • UN High-Level Advisory Body on AI
  • Komite etika AI di UNESCO
  • Forum etika WHO untuk teknologi di bidang kesehatan

Bahkan, ia pernah memberikan briefing langsung di Dewan Keamanan PBB—membahas bagaimana AI bisa menjadi ancaman kalau tidak diatur dengan tepat.

Mengapa Yi Zeng Begitu Penting?

  1. Pendekatannya menyatukan otak, etika, dan kebijakan. Ia tidak hanya berpikir soal mesin pintar, tapi juga bagaimana AI bisa memperkuat martabat manusia.
  2. Ia mendorong kolaborasi global, tidak terjebak dalam persaingan geopolitik, melainkan mengajak negara-negara untuk membuat standar etika bersama.
  3. Ia dipercaya oleh berbagai institusi internasional—dari Tiongkok hingga Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Dan tak kalah penting: Yi Zeng adalah pengingat bahwa AI bukan hanya tentang teknologi. Ini adalah soal masa depan umat manusia.


“Kita tidak hanya sedang menciptakan mesin pintar. Kita sedang membentuk masa depan kemanusiaan itu sendiri.” – Yi Zeng


Penutup

Di dunia yang sering kali terlalu tergesa-gesa mengejar inovasi, Yi Zeng mengajak kita untuk berhenti sejenak dan bertanya: Apakah teknologi ini akan membuat hidup manusia lebih baik?

Kalau kamu percaya bahwa AI seharusnya digunakan untuk kebaikan bersama, maka Yi Zeng adalah tokoh yang patut kamu kenal dan ikuti perjalanannya.

Sering merasa overwhelmed dengan berita AI yang terlalu banyak? I hear you. Subscribe ke Artifisial Newsletter dan dapatkan informasi teknologi AI terkini agar kamu tetap up-to-date tanpa buang waktu.
Total
0
Shares
Share 0
Tweet 0
Pin it 0
Related Topics
  • AI for Children
  • Beijing AI Principles
N Firmansyah

I have over 8+ years of experience working remotely with companies from Vietnam, the United Kingdom, Singapore, and Indonesia.

Previous Article
  • Tokoh AI

Jess Whittlestone: Menjaga Masa Depan AI Tetap Aman dan Manusiawi

  • N Firmansyah
View Post
Next Article
  • Tokoh AI

Pushmeet Kohli: Membuat AI Lebih Aman, Lebih Cerdas, dan Lebih Bermanfaat untuk Dunia

  • N Firmansyah
View Post
You May Also Like
View Post
  • Tokoh AI

John Honovich: Penjaga Etika di Tengah Gempuran AI Penuh Pengawasan

  • N Firmansyah
  • July 15, 2025
View Post
  • Tokoh AI

Rootport: Mangaka Misterius yang Menggandeng AI untuk Mengubah Dunia Komik

  • N Firmansyah
  • July 15, 2025
View Post
  • Tokoh AI

Arvind Narayanan & Sayash Kapoor: Duo Penjaga Akal Sehat di Tengah Hype AI

  • N Firmansyah
  • July 15, 2025
View Post
  • Tokoh AI

Kalika Bali: Suara AI untuk Semua Bahasa, dari Desa ke Dunia

  • N Firmansyah
  • July 15, 2025
View Post
  • Tokoh AI

Emily M. Bender: Sang Pengurai Mitos AI Lewat Bahasa & Logika

  • N Firmansyah
  • July 15, 2025
View Post
  • Tokoh AI

Yoshua Bengio: Sang “Godfather of AI” & Penjaga Etika Kecerdasan Buatan

  • N Firmansyah
  • July 15, 2025
View Post
  • Tokoh AI

Max Tegmark: Fisikawan yang Mengawal Masa Depan AI dengan Ilmu dan Nurani

  • N Firmansyah
  • July 15, 2025
View Post
  • Tokoh AI

Romesh & Sunil Wadhwani: Saudara Kembar Visi yang Menyatukan AI dan Kemanusiaan

  • N Firmansyah
  • July 15, 2025
Artifisial Creative Universe Artifisial Creative Universe
  • About
  • Privacy Policy
  • Terms of Services

Input your search keywords and press Enter.