• About
  • Privacy Policy
  • Terms of Services
0
0
Artifisial Creative Universe Artifisial Creative Universe Artifisial Creative Universe
  • AI News
    • Apple
    • Anthropic
    • OpenAI
    • Meta
    • Microsoft
    • Amazon
    • Google
    • xAI
  • TOP 100 Tokoh AI
  • Cool AI Tools
  • Grup Komunitas
  • Subscribe
  • Tokoh AI

Sneha Revanur: Suara Generasi Muda dalam Regulasi AI

  • N Firmansyah
Total
0
Shares
0
0
0

Sneha Revanur adalah aktivis muda yang telah menjadi tokoh paling berpengaruh dalam advokasi regulasi kecerdasan buatan (AI) di dunia. Pada usia 19 tahun, gadis keturunan India-Amerika ini telah berhasil memposisikan dirinya sebagai “Greta Thunberg-nya AI”, memimpin gerakan global untuk memastikan teknologi AI dikembangkan dengan mempertimbangkan keamanan, keadilan, dan hak-hak generasi muda.

Latar Belakang dan Kehidupan Awal

Sneha Revanur lahir pada tahun 2004 dan dibesarkan di San Jose, California, tepat di jantung Silicon Valley. Tumbuh dalam keluarga yang sangat terhubung dengan dunia teknologi, kedua orang tuanya bekerja sebagai insinyur perangkat lunak, sementara kakak perempuannya juga berkecimpung di industri teknologi. Paparan terhadap teknologi sejak usia dini membentuk pandangan Revanur tentang potensi besar teknologi untuk memecahkan masalah sosial, sekaligus membuatnya menyadari risiko-risiko yang dapat ditimbulkan.

Revanur menempuh pendidikan di Evergreen Valley High School di San Jose dan pernah menjadi delegat dalam United States Senate Youth Program. Selama masa sekolah menengah, ia sudah menunjukkan minat besar terhadap isu-isu sosial dan teknologi. Saat ini, ia sedang menempuh pendidikan di Stanford University setelah sebelumnya sempat kuliah di Williams College, di mana ia mempelajari ekonomi politik.

Awal Mula Aktivisme: Melawan Proposition 25

Perjalanan aktivisme Revanur dimulai pada tahun 2020 ketika ia berusia 15 tahun. Terinspirasi oleh artikel tentang bias rasial dalam perangkat lunak yang digunakan sistem peradilan pidana, ia mulai terlibat dalam kampanye melawan California Proposition 25. Proposisi ini bertujuan menggantikan sistem uang jaminan dengan algoritma berbasis penilaian risiko yang dinilai bias terhadap komunitas kulit berwarna.

Melihat kurangnya suara generasi muda dalam kampanye tersebut, Revanur mengorganisir teman-temannya dan bermitra dengan American Civil Liberties Union of Southern California untuk berhasil mengalahkan proposisi tersebut. Kemenangan ini menjadi energi penggerak bagi Revanur dan rekan-rekannya untuk terus berjuang melawan ketidakadilan dalam penggunaan teknologi AI.

Mendirikan Encode Justice: Gerakan Global Anak Muda

Setelah keberhasilan melawan Proposition 25, Revanur menyadari bahwa mereka telah memiliki tim yang luar biasa dan visi yang jelas. Pada Juli 2020, ia mendirikan Encode Justice, organisasi masyarakat sipil yang dipimpin oleh kaum muda dan berfokus pada regulasi AI yang aman dan adil.

Encode Justice kini telah berkembang menjadi organisasi internasional dengan lebih dari 800 anggota muda dari 30 negara di seluruh dunia. Organisasi ini beroperasi melalui advokasi kebijakan, pengorganisasian komunitas, program pendidikan, dan pembuatan konten. Mereka mengadvokasi pendekatan “human-centered” atau berpusat pada manusia dalam pengembangan AI.

Fokus dan Bidang Kerja

Encode Justice menangani berbagai isu terkait AI, termasuk:

  • Sistem peradilan pidana dan bias algoritma
  • Pengawasan dan privasi data
  • Teknologi pengenalan wajah
  • Erosi demokrasi akibat disinformasi AI
  • Dampak AI terhadap pasar tenaga kerja
  • Kesehatan dan pendidikan

Organisasi ini secara rutin mengadakan workshop etika AI yang telah menjangkau lebih dari 20.000 siswa, banyak di antaranya berasal dari komunitas kulit hitam, coklat, dan berpenghasilan rendah.

Pengakuan dan Penghargaan Internasional

Kerja keras Revanur telah mendapat pengakuan luas dari berbagai media dan institusi internasional. Karyanya telah diliput oleh CNN, Washington Post, The Guardian, POLITICO, CNBC, MIT Technology Review, Teen Vogue, Wired, dan berbagai media terkemuka lainnya.

TIME’s 100 Most Influential People in AI

Pada September 2023, Revanur menjadi individu termuda yang masuk dalam daftar perdana TIME Magazine “100 Most Influential People in AI”. Pencapaian ini menempatkannya bersama tokoh-tokoh besar seperti Sam Altman dari OpenAI, menunjukkan betapa signifikannya kontribusinya dalam dunia AI.

Penghargaan dan Pengakuan Lainnya

Revanur telah meraih berbagai penghargaan bergengsi, termasuk:

  • Peserta termuda dalam World Economic Forum di Davos 2024
  • Anggota termuda dalam daftar Mozilla’s 25 rising stars yang membentuk masa depan digital
  • Forbes 30 under 30 honoree
  • Princeton Prize in Race Relations (2021)

Advokasi Kebijakan dan Dampak Politik

Revanur telah memainkan peran penting dalam mempengaruhi kebijakan AI di tingkat nasional dan internasional. Pada musim semi 2023, ia memimpin koalisi 10 organisasi yang dipimpin anak muda untuk mengirim surat terbuka kepada pemimpin Kongres dan White House Office of Science and Technology Policy. Surat tersebut menuntut agar generasi muda dilibatkan dalam dewan pengawasan dan penasehat AI.

Pertemuan dengan Wakil Presiden Harris

Sebagai hasil dari advokasi tersebut, Revanur diundang untuk bertemu dengan Wakil Presiden Kamala Harris sebagai peserta termuda dalam roundtable diskusi tentang AI. Ia menggambarkan pertemuan ini sebagai “titik balik yang sangat signifikan” dalam “meningkatkan legitimasi suara anak muda di ruang ini”.

Pengaruh terhadap AI Bill of Rights

Revanur juga berperan dalam mengadvokasi dan memberikan masukan untuk Blueprint for an AI Bill of Rights yang dirilis oleh White House Office of Science and Technology Policy. Meskipun kerangka kerja ini belum memiliki kekuatan hukum yang mengikat, ia melihatnya sebagai langkah awal yang penting.

Platform AI 2030: Visi untuk Masa Depan

Pada musim semi 2024, Encode Justice meluncurkan platform kebijakan AI global berjudul “AI 2030” yang berfokus pada dampak AI terhadap generasi muda. Platform ini berisi sekitar 22 rekomendasi untuk pemerintah di seluruh dunia dan telah menarik dukungan dari tokoh-tokoh terkemuka seperti mantan menteri digital Taiwan Audrey Tang dan ilmuwan komputer AI Yoshua Bengio.

Filosofi dan Pendekatan Aktivisme

Revanur memiliki pandangan yang jelas tentang peran generasi muda dalam regulasi AI. Ia berargumen bahwa generasi Z, yang telah terpapar teknologi “sejak hari pertama”, memiliki hak untuk bersuara dalam regulasi teknologi yang akan mereka warisi. “Ini adalah generasi kami yang akan mewarisi dampak dari teknologi yang [para pengembang] bergegas membangun dengan kecepatan tinggi hari ini,” katanya.

Perbandingan dengan Gerakan Iklim

Revanur sering dibandingkan dengan Greta Thunberg karena pendekatan aktivisme mereka yang serupa. Seperti Thunberg yang memulai protes iklim pada usia 15 tahun, Revanur juga memulai gerakannya di usia yang sama. Keduanya menggunakan ketulusan dan keberanian generasi muda untuk menantang status quo dan mendesak tindakan dari para pemimpin dunia.

Kritik terhadap Keterlambatan Regulasi

Revanur mengkritik keterlambatan pemerintah federal dalam meregulasi perusahaan-perusahaan media sosial sebagai tanda peringatan untuk AI. “Butuh puluhan tahun bagi [pembuat undang-undang] untuk benar-benar mulai mengambil tindakan dan secara serius mempertimbangkan regulasi media sosial, bahkan setelah dampaknya terhadap generasi muda dan semua komunitas kita telah terdokumentasi dengan baik pada saat itu,” katanya.

Visi Masa Depan AI yang Etis

Meskipun vokal dalam mengkritik risiko AI, Revanur tidak anti-teknologi. Ia melihat AI sebagai teknologi yang sangat kuat dengan potensi transformatif yang luar biasa, asalkan dikembangkan dan diatur dengan benar. Ia percaya bahwa dengan regulasi yang tepat, AI dapat membantu mengatasi berbagai tantangan global.

Pendekatan “Human-Centered AI”

Filosofi utama Revanur adalah pendekatan “human-centered AI”, AI yang dirancang untuk selaras dengan nilai-nilai manusia, memenuhi kebutuhan manusia, dan bertanggung jawab kepada stakeholder manusia. Ia menekankan pentingnya menjaga pengawasan manusia yang bermakna terhadap sistem AI.

Kekhawatiran terhadap Risiko Eksistensial

Revanur juga memperingatkan tentang risiko eksistensial dari AI yang semakin canggih. Ia mencatat bahwa ChatGPT-4 telah “di-jailbreak” untuk menghasilkan instruksi pembuatan bom, dan AI yang dimaksudkan untuk penemuan obat telah digunakan kembali untuk merancang puluhan ribu senjata kimia mematikan hanya dalam hitungan jam.

Dampak dan Warisan

Melalui Encode Justice, Revanur telah berhasil memobilisasi generasi muda di seluruh dunia untuk terlibat dalam regulasi AI. Organisasinya telah mempengaruhi kebijakan AI di berbagai tingkat pemerintahan dan membantu meningkatkan kesadaran tentang pentingnya perspektif generasi muda dalam pengembangan teknologi.

Pendidikan dan Literasi AI

Salah satu kontribusi terpenting Revanur adalah dalam bidang pendidikan dan literasi AI. Melalui workshop dan program pendidikan Encode Justice, ribuan siswa telah belajar tentang etika AI, bias algoritma, dan privasi data. Program ini sangat penting dalam mempersiapkan generasi muda untuk hidup dan bekerja di era AI.

Pengaruh Global

Gerakan yang dimulai Revanur telah menginspirasi aktivis muda di seluruh dunia untuk terlibat dalam regulasi teknologi. Dengan anggota di 30 negara, Encode Justice menunjukkan bahwa isu AI adalah tantangan global yang membutuhkan respons global.

Tantangan dan Masa Depan

Revanur mengakui bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Meskipun telah mencapai kemajuan signifikan dalam meningkatkan kesadaran dan mempengaruhi kebijakan, regulasi AI yang komprehensif masih dalam tahap pengembangan. Ia terus mendorong agar prinsip-prinsip dalam AI Bill of Rights diterjemahkan menjadi regulasi yang dapat ditegakkan.

Urgensitas Tindakan

Revanur menekankan urgensitas bertindak sebelum terlambat. “Kami berada di titik waktu sekarang, di mana sangat mungkin kita bisa kehilangan kontrol manusia yang bermakna atas sistem AI seperti yang kita kenal,” katanya. Ia memperingatkan bahwa “biayanya bisa tidak dapat dipulihkan jika tidak”.

Kesimpulan

Sneha Revanur telah membuktikan bahwa usia bukanlah penghalang untuk membuat perubahan yang signifikan dalam dunia teknologi dan kebijakan. Melalui keberaniannya mengangkat isu regulasi AI ketika masih berusia 15 tahun, ia telah menjadi suara terdepan dalam memastikan bahwa generasi muda memiliki tempat di meja pembuat keputusan tentang teknologi yang akan membentuk masa depan mereka.

Sebagai pendiri Encode Justice, Revanur telah berhasil membangun gerakan global yang tidak hanya mengkritik risiko AI, tetapi juga menawarkan solusi konstruktif untuk pengembangan AI yang etis dan berpusat pada manusia. Pengaruhnya terhadap kebijakan AI di tingkat nasional dan internasional, mulai dari AI Bill of Rights hingga platform AI 2030, menunjukkan bahwa suara generasi muda dapat dan harus didengar dalam pembentukan masa depan teknologi.

Dengan visinya tentang AI yang aman, adil, dan menguntungkan semua orang, Revanur telah menjadi inspirasi bagi ribuan aktivis muda di seluruh dunia. Perjuangannya membuktikan bahwa generasi yang akan mewarisi dampak teknologi AI memiliki hak dan tanggung jawab untuk ikut menentukan bagaimana teknologi tersebut dikembangkan dan diatur. Melalui kepemimpinannya, masa depan AI yang lebih etis dan manusiawi bukan lagi sekadar impian, tetapi tujuan yang dapat dicapai melalui advokasi, pendidikan, dan aksi kolektif.

Sering merasa overwhelmed dengan berita AI yang terlalu banyak? I hear you. Subscribe ke Artifisial Newsletter dan dapatkan informasi teknologi AI terkini agar kamu tetap up-to-date tanpa buang waktu.
Total
0
Shares
Share 0
Tweet 0
Pin it 0
Related Topics
  • Encode Justice
  • Revanur
N Firmansyah

I have over 8+ years of experience working remotely with companies from Vietnam, the United Kingdom, Singapore, and Indonesia.

Previous Article
  • Tokoh AI

Richard Mathenge: Pejuang Hak Pekerja AI di Afrika

  • N Firmansyah
View Post
Next Article
  • Tokoh AI

Tristan Harris: Penjaga Etika Teknologi di Era Digital

  • N Firmansyah
View Post
You May Also Like
View Post
  • Tokoh AI

John Honovich: Penjaga Etika di Tengah Gempuran AI Penuh Pengawasan

  • N Firmansyah
  • July 15, 2025
View Post
  • Tokoh AI

Rootport: Mangaka Misterius yang Menggandeng AI untuk Mengubah Dunia Komik

  • N Firmansyah
  • July 15, 2025
View Post
  • Tokoh AI

Arvind Narayanan & Sayash Kapoor: Duo Penjaga Akal Sehat di Tengah Hype AI

  • N Firmansyah
  • July 15, 2025
View Post
  • Tokoh AI

Kalika Bali: Suara AI untuk Semua Bahasa, dari Desa ke Dunia

  • N Firmansyah
  • July 15, 2025
View Post
  • Tokoh AI

Emily M. Bender: Sang Pengurai Mitos AI Lewat Bahasa & Logika

  • N Firmansyah
  • July 15, 2025
View Post
  • Tokoh AI

Yoshua Bengio: Sang “Godfather of AI” & Penjaga Etika Kecerdasan Buatan

  • N Firmansyah
  • July 15, 2025
View Post
  • Tokoh AI

Max Tegmark: Fisikawan yang Mengawal Masa Depan AI dengan Ilmu dan Nurani

  • N Firmansyah
  • July 15, 2025
View Post
  • Tokoh AI

Romesh & Sunil Wadhwani: Saudara Kembar Visi yang Menyatukan AI dan Kemanusiaan

  • N Firmansyah
  • July 15, 2025
Artifisial Creative Universe Artifisial Creative Universe
  • About
  • Privacy Policy
  • Terms of Services

Input your search keywords and press Enter.